Cari Blog Ini

Jumat, 21 Oktober 2022

Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi kusta



Kusta itu penyakit kutukan, kusta itu tidak bisa disembuhkan, kusta itu penyakit menular, dan kusta adalah penyakit keturunan. Stigma terhadap penyakit kusta ini sudah melekat sejak kusta pertama kali muncul sekitar 3000 tahun lalu. Stigma inilah yang menjadi sumber diskriminasi terhadap para penderita kusta. 

Pada tahun 1873 bakteri penyebab kusta ini pertama kali ditemukan oleh G.H. Armauer Hansen di Norwegia yaitu myobacterium leprae. Kusta tersebar di daerah tropis dan sub tropis yang panas dan lembab seperti asia, afrika dan amerika latin. Jumlah kasus kusta terbanyak ada di negara India , Brazil dan Indonesia.

Di Indonesia, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kementrian kesehatan pada tanggal 24 Januari 2022 telah tercatat 13.487 kasus kusta dan 7.146 diantaranya adalah kasus baru. Dan faktanya bahwa ada 6 provinsi yang belum berhasil mengeliminasi penyakit kusta di wilayahnya yaitu : Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Prevalensi Kusta di 6 provinsi tersebut masih lebih dari 1 orang per 10.000 penduduk, itu artinya di setiap 10.000 penduduk terdapat 1 penderita kusta.Hal itu dinyatakan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML), Siti nadia Tarmizi pada Peringatan Hari Kusta Sedunia pada tanggal 31 januari 2022 di RS. Sitanala Tangerang.

Peringatan Hari Kusta Sedunia tahun ini mengusung tema " United For Dignity ", sedangkan tema nasional "Mari Hapuskan Stigma dan Diskriminasi kusta". Stigma yang sangat melekat di masyarakat mengenai penyakit kusta ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, unit / organisasi terkait dan juga masyarakat.

Sumber : NLR Indonesia edit by. Canva

Kenali Gejala Penyakit Kusta

Terdapat tanda di kulit berupa bercak kemerahan atau keputih-putihan yang tidak gatal, kurang rasa dan tidak berkeringat. Pada bercak biasanya bulu kulit rontok.
Gejala pada syaraf berupa kelemahan otot pada tangan dan kaki, luka yang sulit sembuh, kelopak mata yang tidak menutup sempurna, rasa kesemutan/nyeri pada anggota badan/muka, dan telapak tangan maupun kaki terasa kebas.

Sumber : NLR Indonesia edit by. Canva

Kenapa Stigma Negatif tentang Kusta Melekat di Masyarakat ??

Penyakit kusta dipercaya sangat menular terutama dengan kontak langsung

Penularan penyakit kusta dipercaya melalui kontak antara orang yang terinfeksi dengan yang sehat, padahal sebenarnya mekanisme penularan penyakit kusta ini adalah melalui pernafasan. Ada beberapa hipotesa yang mengemukakan bahwa kontak dekat dan udara dapat menyebabkan penularan penyakit kusta ini, namun tidak semua orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium Leprae menderita kusta, iklim, status gizi, diet, status sosial ekonomi dan genetik juga ikut berperan.
Itu artinya meskipun kita kontak dengan penderita kusta, belum tentu akan langsung tertular penyakit itu.

Kepercayaan bahwa Kusta tidak bisa disembuhkan

Stigma penyakit kusta tidak bisa disembuhkan menyebabkan masih terisolasinya pasien kusta yang sudah dinyatakan sembuh. Masyarakat enggan melakukan kontak terhadap orang yang pernah menderita kusta, misalnya berjabat tangan. Hal ini menimbulkan masalah sosial ekonomi bagi penderita kusta, karena mereka dikucilkan dari masyarakat jadi, sulit untuk mencari pekerjaan, berdagang tidak laku karena masyarakat enggan kontak dengan mereka, sehingga menjadi beban ekonomi bagi mereka. 
Beban ekonomi akan menimbulkan beban psikologis bagi para penderita tersebut, mereka menjadi frustasi bahkan cenderung mau bunuh diri karena merasa lingkungan sosial tidak bisa menerima mereka.

Percaya bahwa Kusta adalah penyakit akibat kutukan dan juga keturunan

Stigma ini menyebabkan masyarakat yang terkena kusta enggan berobat karena takut diketahui oleh masyarakat sekitarnya sehingga  menimbulkan kecemasan mereka dan keluarganya akan dikucilkan oleh masyarakat. Ketakutan ini juga yang menjadi salah satu hambatan deteksi dini penyakit kusta.

Stigma negatif tentang kusta yang melekat dalam masyarakat memang tidak mudah untuk dihilangkan, namun jika kita melakukannya secara bersama-sama, mulai dari pemerintah, instansi, organisasi dan masyarakat itu sendiri pasti masyarakat akan mampu merangkul para penderita kusta.

Bagaimana memerangi stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta ?

Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit kusta

Untuk menghapus stigma negatif dalam masyarakat, kita harus menanamkan pemahaman tentang penyakit kusta, mulai dari penyebab, gejala, penularan, hingga pengobatan. Jika masyarakat paham penyebab dan gejala yang mucul maka deteksi dini terhadap penderita kusta dapat dilakukan dengan maksimal. Masyarakat pun akan paham mengenai apa saja yang dapat mereka lakukan untuk mencegah terjadinya atau menghindari penularan penyakit ini.

Berbagai media informasi dan program pencegahan kusta bukan hanya disediakan oleh pemerintah, saat ini banyak lembaga sosial yang juga peduli dengan para penderita kusta. Contohnya : Organisasi NLR Indonesia ( sebuah organisasi non pemerintahan yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang disabilitas termasuk akibat kusta ). 

NLR didirikan di Belanda pada tahun 1967 untuk membantu menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan 3 zero yaitu : zero transmission ( nihil penularan ), zero disability ( nihil disabilitas ) dan zero exclusion ( nihil eksklusi ). Saat ini NLR beroperasional di negara Mozambique, India, Nepal, Brazil dan Indonesia.

Sumber : NLR Indonesia edit by. Canva

Zero transmisi adalah upaya pemberantasan kusta dengan mencegah orang tertular dengan kusta.

Zero Disabilitas merupakan upaya pendeteksian dini penderita kusta sehingga pengobatan lebih cepat dilakukan sehingga dapat menurunkan angka disabilitas akibat kusta.

Zero eksklusi merupakan upaya inkusivitas dan pengurangan diskriminasi, stigma terhadap OYPMK ( Orang yang Pernah Menderita Kusta ) dan penyandang disabilitas karena kusta dan lainnya.

Sesuai dengan visi yang diusung oleh NLR Indonesia yang ingin membebaskan dunia dan Indonesia dari kusta beserta konsekuensinya, berbagai langkah konkret telah dilakukan untuk mewujudkannya.

Sumber : NLR Indonesia edit by. Canva

Merangkul Para Penderita Kusta

Jika masyarakat sudah memiliki literasi tentang penyakit kusta, maka tidak akan ada lagi perilaku diskriminatif terhadap para penderita kusta. Hal ini akan berdampak sangat besar terhadap kesehatan psikologis para penderita kusta, mereka akan lebih bersemangat untuk survive, lebih patuh menjalani pengobatan dan lebih percaya diri untuk membangun hubungan sosial dalam masyarakat.

Sumber : NLR Indonesia 

Membentuk Kelompok dalam Masyarakat Untuk Memerangi Kusta

Salah satu contohnya adalah Desa Sahabat Kusta. Sebelum tahun 2012 di desa Rap-rap, Kabupaten Minahasa Utara mereka yang terkena kusta akan mengalami penyinkiran dan diskriminatif. Namun sejak NLR Indonesia dan Dinas Kesehatan setempat dan Puskesmas saling berkoordinasi untuk memerangi kusta di wilayah ini, maka keadaan makin membaik.
Didesa ini berbagai tokoh agama dan masyarakat dilibatkan untuk memerangi stigma negatif tentang kusta. Setelah 10 tahun berjalan, masyarakat didesa ini akhirnya paham dan mau merangkul para penderita kusta.

Desa Sahabat Kusta, sumber : Kisah Inspirasi – NLR Indonesia

Pemberantasan penyakit kusta beserta stigma yang menyertainya membutuhkan peran penting kita semua untuk mewujudkannya. Membekali pemahaman pada generasi muda mengenai penyakit kusta akan membentuk generasi yang peka terhadap kehadiran kusta sehingga mampu menekan angka disabilitas akibat kusta.

Penyakit kusta tidak mematikan tapi bisa membunuh cita-cita, harapan, harga diri dan martabat ,oleh sebab itu mari berantas kusta di indonesia dengan berpartisipasi dalam menghapuskan stigma dan diskriminasi para penderita kusta.

Jalan-jalan ke jogjakarta jangan lupa membeli Tengkleng Gajah, ayo kita berantas kusta dan hapuskan stigma dan diskriminasinya.
 

Sumber Referensi :

  1. NLR Indonesia
  2. NLR INDONESIA (@nlrindonesia) • Instagram photos and videos
  3. Kasus Kusta Masih Tinggi, Indonesia Berada di Urutan Tiga Teratas Dunia (kompas.com)
  4. Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta di Masyarakat – P2P Kemenkes RI (kemkes.go.id)
  5. Stigma Sosial terhadap Penyakit Kusta - Unair News
  6. BAB_II.pdf (undip.ac.id)
  7. Peringatan Hari Kusta Sedunia 2022, WHO Mengajak Hapuskan Stigma & Diskriminatif
  8. Penderita Kusta | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (kalbarprov.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEWS

Solusi menghadapi selimut polusi dan perubahan iklim di era digitalisasi

sumber :   Canva Sejak awal oktober hingga 2 minggu terakhir oktober 2022 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat sebany...