Cari Blog Ini

Selasa, 09 Februari 2021

Kebahagiaan di mata Mbak Alya

 


Setiap manusia didunia ini berharap untuk hidup bahagia berdasarkan standar nilai bahagia menurut mereka masing-masing. Ada yang merasa bahagia dengan hidup yang penuh kebebasan finansial, ada yang merasa bahagia hidup dengan limpahan jabatan dan ada juga yang merasa bahagia hanya karena kesehatannya terjaga dengan baik.

Setiap kita memiliki standar nilai arti kebahagiaan yang kita tentukan sendiri. Begitu pun saya yang notabene seorang karyawan swasta dan juga seorang single parents dari putri kecilku yang bernama Mbak Alya. 

Awalnya dulu saya menganggap bahwa harta dan juga jabatan adalah kunci menuju kebahagiaan, tapi ketika saya belum mampu untuk mencapainya secara maksimal, saya mulai merenung lebih jauh mengenai arti kehidupan ini.

Dan suatu ketika saya sedang menemani anak saya bermain odong-odong disebuah lahan parkir yang tak jauh dari rumah. Sejak sore hari Mbak Alya sudah berceloteh untuk bermain odong-odong pada malam itu, hingga ketika saya ajak Mbak Alya sholat magrib pun dia bergegas menyelesaikannya agar bisa langsung pergi bermain odong-odong. 

Malam minggu Tanggal 6 februari 2021 jam 7 malam kami berdua pun berjalan santai menyusuri pasar 7 ulu sembari menikmati suasana pasar malam yang penuh dengan pedagang dan penjual buah-buahan, kuperhatikan wajah Mbak Alya yang sumringah menunjukkan betapa senangnya dia malam itu. Ketika dia sedang bermain odong-odong kuperhatikan wajahnya yang tak berhenti tersenyum dan tertawa sembari berteriak "Mama...mbak senang skali main ini".



Sejenak kutatap lebih dalam wajah malaikat kecilku itu sembari bergumam dalam hati sesederhana inikah kebahagiaan dimatamu Mbak. Hanya dengan naik odong-odong 5 ribu rupiah untuk sekali main sudah mampu menunjukkan seakan dirimu telah memiliki dunia. Hal ini menyadarkanku bahwa hakikat hidup yang sesuangguhnya tidak tergantung dari pencapaian dunia. Harta maupun jabatan tidak dapat menjamin kebahagiaan kita didunia ini.

Dengan banyaknya harta terkadang membuat kita lupa untuk menyisihkan sedikit uang untuk orang-orang yang membutuhkan disekeliling kita, kita sering ribut dengan keluarga hanya masalah uang dan tak jarang kita menutup mata dengan kondisi keuangan kerabat kita yang sedang kesusahan. Kita sering meributkan hutang dengan keluarga sendiri tanpa mau memahami kenapa mereka berhutang. Kita juga sangat jarang meluangkan waktu untuk sekedar menyapa para kerabat ataupun tetangga di sekitar kita karena kita sudah sibuk dengan kehidupan sendiri.

Kita juga menutup mata kita untuk mengakui keberadaan orang terdekat kita hanya karena jabatan yang kita miliki. Kita sering merasa malu mengakui orang tua kita yang sudah renta hanya karena merasa kita sudah menjadi orang hebat. Mungkin anda sering melihat disekitar anda bagaimana orang tua yang hidup miskin harus mengemis uang kepada anaknya, padahal seharusnya orangtua menjadi orang yang sangat dimuliakan.

Betapa banyak keluarga yang tercerai berai hanya karena masalah harta dan warisan. Itu semua karena kita sudah lupa darimana kita berasal. Tanpa sadar kita telah dibentuk oleh dunia untuk menjadi manusia yang egois, yang selalu berpikir tentang AKU. Semua tentang AKU haruslah menjadi nomor satu dan orang disekililing kita menjadi hal yang tak penting. Keegoisan tak jarang membutakan mata kita mengenai mana yang baik dan yang salah. Selemah itu jiwa manusia yang sangat mudah terpengaruh dengan kilaunya dunia.

Hmmm....kita manusia memang memiliki sifat pelupa, namun setidaknya kita dapat merenungi setiap kesalahan yang pernah kita lakukan. Dan jadikan setiap kesalahan itu menjadi jalan untuk memperbaiki diri supaya lebih baik dari sebelumnya.

Kebahagiaan sederhana yang terpancar dimata Mbak Alya semoga akan menjadikannya seperti bintang yang selalu bersinar dimanapun dia berada. Dan sinarnya semoga dapat mebawa kebahagiaan orang-orang disekitarnya, Aaamiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEWS

Solusi menghadapi selimut polusi dan perubahan iklim di era digitalisasi

sumber :   Canva Sejak awal oktober hingga 2 minggu terakhir oktober 2022 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat sebany...