Cari Blog Ini

Jumat, 14 Oktober 2022

Menjaga keanekaragaman hayati dan kaitannya terhadap perubahan iklim


Perubahan iklim menjadi topik hangat yang dibicarakan saat ini, karena dampak perubahan iklim sudah meresahkan keberlangsungan hidup global. Perubahan iklim adalah  perubahan pola iklim yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, biasanya dalam hitungan dasawarsa atau lebih lama. Perubahan iklim ditandai dengan kenaikan suhu permukaan bumi.

Kenaikan suhu permukaan bumi sudah terjadi dimana-mana, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG ), Dwikorita Karnawati mengatakan Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan > 0,3 per dekade, hal ini berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir.

Bahkan menurut analisis NASA ( The National Aeronautics and Space Administration ) tahun 2020 lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatatkan oleh bumi. Karena pada tahun 2020 suhu rata-rata global naik 1,84 derajat farenheit ( 1,02 derajat celcius ).

Sumber : NASA

Namun di tahun 2022 ini perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan terjadinya cuaca ekstrem dimana-mana. Masyarakat Indonesia di beberapa wilayah saat ini merasakan cuaca hujan ekstrem yang menyebabkan banjir, tanah longsor dan bencana lainnya. Bahkan BMKG memprediksi cuaca ekstrem ini akan berlanjut hingga awal 2023.

Besarnya dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim ini, seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua untuk segera mencari solusi bersama guna menjaga keberlangsungan hidup generasi yang akan datang.

Penyebab Perubahan Iklim

Pembuatan Energi

Produksi energi listrik dan panas yang dihasilkan dari pembakaran energi fossil alam menghasilkan gas emisi dalam jumlah besar. Karbondioksida dan metana yang dihasilkan sangat mempengaruhi peningkatan suhu global.

Para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration ( NOAA ) menyatakan bahwa peningkatan metana atmosfer pada tahun 2021 mencapai 17 bagian per miliar ( 7 /4/2022 ). Peningkatan ini merupakan yang tertinggi tercatat sejak pengukuran sistematis dimulai pada tahun 1983.


Sumber : NOAA

Kendaraan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya menggunakan bahan bakar fossil, jadi bayangkan berapa besar produksi gas emisi yang telah kita sumbangkan sehingga berdampak terhadap pemanasan global.
Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia telah mulai mengembangkan beberapa Sumber Energi Alternatif atau Energi Terbarukan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fossil.

Manufaktur dan Industri
Berbagai mesin dalam proses manufaktur dan Industri menggunakan bahan bakar fossil guna memproduksi berbagai barang seperti : semen, besi, baja, elektronik, pakaian hingga barang-barang plastik.
Produksi industri dalam jumlah besar juga akan menghasilkan gas emisi dalam jumlah besar, meskipun saat ini mulai hadir berbagai industri yang berbasis lingkungan namun ini masih dalam jumlah kecil.

Penebangan Hutan

Hutan dapat menyerap karbondioksida dalam jumlah besar, sehingga deforestasi ( penebangan hutan ) akan berdampak pada perubahan iklim global. Menurut data dari Global Forest Watch indonesia telah kehilangan 9,75 juta hektar hutan primer antara tahun 2002 dan 2020.

Oleh sebab itu pada tahun 2019 Presiden Jokowi mengeluarkan moratorium tiga tahun pembukaan hutan baru, yang mencakup sekitar 66 juta hektar hutan primer dan lahan gambut. Moratorium ini pun diperpanjang hingga tahun ini tanpa batas waktu. Hal ini membuktikan keseriusan Pemerintah kita dalam berpartisipasi mencegah perubahan iklim global.

Penggunaan Energi Yang berlebihan

Berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari kita, tanpa disadari telah berkontribusi dalam produksi gas emisi, contohnya : penggunaan barang rumah tangga berdaya listrik ( lampu, AC, televisi, dll ). Bisa dipastikan setiap rumah memiliki barang-barang yang menggunakan sumber energi terutama listrik. 

Mungkin sulit untuk tidak menggunakannya, tapi setidaknya kita bisa mengurangi penggunaan barang-barang tersebut, agar bisa mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan. Dan ini merupakan salah satu cara untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi di bumi.

Sebenarnya jika kita pahami lebih dalam mengenai penghasil gas emisi ini, maka kita akan sangat bersyukur atas karunia Allah yang menempatkan kita di wilayah Indonesia yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Karena dengan menjaga kekayaan alam ini, maka kita sudah berkontribusi mengurangi terjadinya perubahan iklim global.

Berbagai tumbuhan yang hidup disekitar kita dapat menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh efek rumah kaca. Sehingga jika kelestariannya dapat kita jaga dengan baik, maka kita telah berkontribusi mengurangi terjadinya perubahan iklim global dan menjaga keberlangsungan hidup ekosistem di masa yang akan datang.

Sumber : MSIG

Melestarikan Keanekaragaman Hayati

Melakukan Penghijaun atau reboisasi

Melakukan penghijaun dapat dilakukan mulai dari skala yang sangat sederhana yaitu teras atau halaman rumah kita. Manfaatkan halam rumah untuk menanam berbagai tanaman hijau, selain bermanfaat untuk mengurangi polusi udara, tanaman ini pun bisa dijadikan sumber makanan atau obat tradisional.
Jika halaman rumah sangat sempit, kita bisa mencoba dengan menanam menggunakan pot, atau memanfaatkan botol bekas yang digantung sebagai pot tanaman. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk ikut serta dalam pelestarian lingkungan.

Mencegah deforestasi ( Penebangan Hutan )

Mencegah deforestasi ini dapat dilakukan oleh mayarakat yang hidup dekat dengan kawasan hutan. Pastikan untuk tidak melakukan penebangan pohon secara liar, dan melaporkan kepada pihak berwenang jika mengetahui adanya penebangan liar.

Mencegah kebakaran hutan

Hal sangat sederhana yang dapat kita lakukan untuk berpartisipasi dalam mencegah kebakaran hutan adalah dengan tidak membuang korek api atau barang-barang yang bisa menghasilkan api ke kawasan hutan.
Jika kalian sedang travelling dan melewati hutan, jangan pernah membuang puntung rokok ke kawasan rerumputan atau hutan, apalagi saat cuaca kemarau karena bisa menyebabkan kebakaran hutan.

Tidak membuang sampah sembarangan

Budayakan hidup bersih, buanglah sampah pada tempatnya ,karena bisa mencemari lingkungan sehingga mengganggu kelangsungan hidup tanaman maupun hewan. Pencemaran sampah akan berpengaruh pada keberlangsungan berbagai ekosistem lingkungan kita.
Kita pun harus mengatur cara pembuangan sampah, mana sampah yang organik dan anorganik. Karena sampah yang tidak bisa diurai oleh tanah seperti plastik, bisa kita manfaatkan lagi untuk keperluan lainnya.
Membudayakan buang sampah dengan benar dapat dilakukan dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, edukasi anak-anak untuk membiasakan buang sampah ke tempatnya.

Menerapkan 3R ( Reduce, Reuse, Recycle )

Reduce artinya mengurangi penggunaan barang yang kemungkinan menghasilkan sampah. Misalnya : pada saat ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari, sebaiknya menggunakan kantong ramah lingkungan. Atau membawa tas sendiri setiap kali ke pasar, sehingga mengurangi sampah plastik.

Reuse artinya upayakan barang-barang yang kita gunakan dapat dimanfaatkan kembali, misalnya botol plastik bekas minuman digunakan untuk pot tanaman.

Recycle artinya mendaur ulang sampah yang kita hasilkan, misalnya sampah organik dijadikan pupuk kompos.

Upaya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati ini adalah tanggung jawab kita bersama, bukan hanya pemerintah atau instansi terkait lainnya. Berbagai pihak sudah mulai berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi MSIG Indonesia. 



MSIG Indonesia bukan sekedar perusahaan Asuransi Umum ( Asuransi Umum adalah Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda), namun dalam program CSR  ( Corporate Social Responsibility ) nya, MSIG melakukan berbagai kampanye untuk menjaga keanekaragaman hayati. 

Sebagai perusahaan asuransi yang memahami berbagai kebutuhan untuk masa depan yang lebih baik, MSIG memandang perlu untuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan dimulai dari calon generasi mendatang.

Pada tanggal 12 November 2019, MSIG menyelenggarakan edukasi mengenai pentingnya menjaga keanekaragaman hayati bagi siswa-siswa di SDN Grogol Utara 01 jakarta, SDN Karang Tengah 07 Bogor dan SDN Rancagong 01 tangerang. Dalam kegiatan kampanye pendidikan ini diharapkan para siswa dapat menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.

Sumber : MSIG


Selain itu MSIG juga bekerja sama dengan sebuah komunitas lingkungan , Hutan Itu Indonesia, bergerak untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap hutan di komunitas perkotaan. 

Jika anda ingin menilik lebih jauh mengenai Asuransi MSIG, anda bisa langsung berkunjung  disini

Berkunjung ke sungai Warsambin, menggunakan sampan menyusuri tepi, mari cegah perubahan iklim dengan menjaga kelestarian hayati. 





Infografis : Nyayu Fauziah, edit by Canva

Sumber Referensi :

  1. Bukti Bahwa Perubahan Iklim Benar Terjadi – BMKG
  2. Penyebab Dan Dampak Perubahan Iklim | Perserikatan Bangsa - Bangsa di Indonesia (un.org)
  3. NASA: 2020 Jadi Tahun Terpanas Bumi Sepanjang Sejarah | kumparan.com
  4. BMKG; Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Masih Berlanjut untuk Sepekan ke Depan (09-15 Oktober 2022) | BMKG
  5. BMKG: Cuaca Ekstrem Akan Terjadi Sampai Awal 2023 (mediaindonesia.com)
  6. Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Atmosfer Capai Rekor Tertinggi - Kompas.id
  7. Deforestasi, Indonesia Salah Satu Negara Pembabat Hutan Terbanyak Halaman all - Kompas.co
  8. Cara Melestarikan Keanekaragaman Hayati di Indonesia (kompas.com)
  9. 7 Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Membuang Sampah Sembarangan | Jadi Paham
  10. 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk Pengelolaan Sampah (universaleco.id)
  11. Global Monitoring Laboratory - Carbon Cycle Greenhouse Gases (noaa.gov)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEWS

Solusi menghadapi selimut polusi dan perubahan iklim di era digitalisasi

sumber :   Canva Sejak awal oktober hingga 2 minggu terakhir oktober 2022 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat sebany...