Istilah
literasi sudah begitu populer ditelinga saat ini, tapi apakah sebenarnya
literasi itu ?
Secara etimologis, istilah literasi berasal dari Bahasa Latin " literatus" yang artinya adalah orang yang belajar.
Secara etimologis, istilah literasi berasal dari Bahasa Latin " literatus" yang artinya adalah orang yang belajar.
"Menurut
the random house dictionary of the english language, literasi adalah semua
proses pembelajaran baca dan tulis yang dipelajari oleh seseorang, termasuk
didalamnya adalah proses membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. "
Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi bukan sekedar membaca
buku, akan tetapi suatu proses pembelajaran yang mencakup membaca,menulis,berbicara dan mendengarkan. Sebenarnya proses pembelajaran manusia
dimulai dari sejak lahir, mulai dari belajar membuka mata, menggerakkan
organ-organ ekstrimitas, tersenyum, dan banyak lagi proses yang sudah kita
lalui sejak terlahir ke dunia ini hingga membawa manusia pada kondisi bisa membaca dan menulis.
Literasi ini
dapat membuka cakrawala bagi kita semua supaya mampu berpikir lebih logis, kritis dan
inovatif. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya kalau kita membudayakan literasi
sejak dini terutama di usia balita karena usia balita ini adalah periode emas
dalam membentuk karakter seseorang.
" Bagaimana cara membudayakan literasi pada anak balita ??? "
Ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk membudayakan literasi pada balita,yaitu :
1.
Perkenalkan makna literasi terlebih dahulu
Memperkenalkan
makna literasi pada anak balita bisa dilakukan dalam
proses tumbuh kembang anak balita sehari-hari. Berdasarkan makna dari literasi,
semenjak anak lahir sudah melalui suatu proses pembelajaran yaitu belajar
bergerak, belajar tersenyum, belajar merangkak hingga belajar berbicara.
Didalam periode balita, kita dapat lebih menekankan pengertian literasi pada
anak balita dengan cara belajar sambil bermain.
Belajar sambil bermain adalah hal lumrah dalam kehidupan balita, akan tetapi
selayaknya kertas putih yang belum ada tulisan sama sekali begitupun anak
balita tergantung orangtuanya yang akan membimbing dan mengarahkannya. Dalam suatu permainan banyak hal yang dapat dipelajari oleh seorang anak. Foto di bawah ini menunjukkan seorang anak yang sedang bermain dengan replika buah plastik. Disini dia dalam proses belajar membedakan berbagai bentuk buah beserta warnanya masing-masing. Terlihat bahwa buah-buahan ini begitu menarik baginya, sehingga tertanam dalam pikirinnya bahwa belajar itu menyenangkan. Artinya kita telah menanamkan bahwa literasi itu adalah suatu proses belajar yang tidak sulit dan menyenangkan bagi anak.
Belajar mengenali bentuk dan warna buah-buahan |
2.
Aplikasikan literasi ke dalam permainan
Dunia
anak adalah dunia bermain, jadi jangan hilangkan keceriaan dan kebahagiaan anak
untuk memaksa mereka belajar tapi sebaliknya masuklah ke dunia bermain mereka.
Ajaklah anak untuk belajar sambil bermain. Di era millennial ini banyak sekali
mainan-mainan edukasi yang dijual secara online maupun offline, tergantung kita
yang harus cermat memilih, mana mainan yang disukai oleh anak-anak kita
sehingga proses belajar itu terkesan lebih menyenangkan. Tapi tanpa mainan pun kita dapat melakukan literasi pada anak, yaitu dengan bernyayi, membaca, bermain ekspresi wajah dan banyak lagi permainan yang dilakukan tanpa membutuhkan mainan.
Tapi satu hal yang perlu diingat, jangan membiasakan anak bermain gadget meskipun gadget juga suatu alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan maupun informasi. Karena banyak dampak negatif dapat terjadi pada anak yang kecanduan bermain gadget salah satunya adalah cepat merusak mata balita.
Dikutip dari Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet pada tanggal 18 Februari 2014 didapatkan bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan.
Hasil riset ini dapat menjadi bahan perhatian bagi para orang tua untuk melindungi anak-anaknya dari pengaruh negatif gadget ini.
3. Jadikan
literasi sebagai hal rutinitas dalam kehidupan sehari-hari
Agar
literasi ini menjadi bagian dalam kehidupan balita maka lakukanlah secara
kontinyu, contohnya : setiap malam sebelum tidur bacakanlah dongeng pada
anak-anak ataupun sebelum tidur biasakan anak-anak untuk membaca doa.
Dan satu
lagi yang bisa dilakukan untuk membimbing proses literasi pada anak, yaitu membaca
Al-Qur’an. Jika orang tua secara rutin setiap hari membaca Al-Qur’an maka akan
lebih mudah bagi kita untuk membiasakan anak melakukan hal tersebut karena anak
balita sedang melalui proses belajar, jadi apa yang dia lihat maka akan
langsung ditirunya.
Membaca buku cerita anak |
Menurut Presenter Kondang Najwa Shihab, minat baca anak-anak Indonesia hanya 0,01 % buku per tahun. Jauh sekali bila dibandingkan Negara jepang 15-18 % buku per tahun dan Amerika 25-27 % buku per tahun. Begitu rendahnya minat baca anak-anak Indonesia terhadap buku, apalagi di zaman millennial ini, semuanya bisa di akses melalui internet.
Sebenarnya membudayakan literasi pada anak itu bukanlah suatu hal yang sulit tapi tergantung niat orangtuanya, apakah memang ingin menjadikan literasi itu bagian dari anak-anaknya atau tidak karena literasi
dengan bimbingan yang baik dari orangtuanya bukan hanya menjadikan anak-anak cerdas dari segi ilmu pengetahuan tapi juga
akhlaknya. Banyak orang didunia ini yang cerdas tapi belum tentu memiliki karakter
yang baik.
Apalagi di
era millennial ini , dimana internet mampu membuka cakrawala informasi hingga
keujung dunia, sehingga sangat penting bagi para orangtua untuk melindungi
anak-anaknya dari pengaruh negatif internet dengan menciptakan anak-anak yang bukan
hanya memiliki tingkat kecerdasan tinggi tapi juga akhlak yang baik. Sehingga
akan tercapai tujuan hidup untuk bahagia didunia maupun di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar